DGp8us635PkDgBjtWYFyqgXW69I Cari Kerja? Berani Nekat?

Friday, October 5, 2012

Cari Kerja? Berani Nekat?

Arif sebut saja demikian seorang lulusan FKIP di daerah beberapa tahun yang lalu adalah pendatang baru ke Jakarta. Saat itu dia nekat memutuskan ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dia memutuskan pergi ke Jakarta karena dia ingin bekerja di Jakarta dan dia tidak peduli bahwa saat itu dia belum bekerja. "Yang penting saya berada di Jakarta dulu, masalah pekerjaan nanti setelah saya di Jakarta."

Setelah sebulan kos di dekat kawannya akhirnya Arif mendapatkan pekerjaan. Cara dia mendapatkan pekerjaan pun bisa dibilang "gila" bagi sebagian orang khususnya orang yang pengecut, yaitu dia datang ke sekolah yang dia inginkan.

Sekolah pertama yang dia inginkan ialah sebuah sekolah mewah di Jakarta Timur. Dengan berbekal dokumen pribadinya dia datang ke sekolah tersebut lalu dia menemui Satpam dan dia berkata ,"Pak Saya mau melamar pekerjaan di sini."

Satpam yang bertugas pun melihat keberanian Arif yang tidak biasa ini, lalu dia pun mempersilakan Arif menemui bagian HRD Sekolah tersebut.

Setelah bertemu dengan bagian HRD, Arif pun menyatakan minatnya untuk melamar pekerjaan di sekolah itu. Dikarenakan secara kebetulan saat itu ada guru yang akan cuti melahirkan, maka bagian HRD pun menyambut dengan baik rencana tersebut. Dia meminta Arif untuk meninggalkan dokumen pribadinya dan memintanya menunggu untuk ditelpon. Arif pun pulang dan benar saja, keesokan harinya Arif ditelpon, dan dinyatakan diterima bekerja untuk menggantikan guru yang sedang cuti hamil tersebut.

Keberuntungan Arif tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ternyata setelah tiga bulan berjalan, ternyata guru yang cuti hamil tersebut tidak kembali mengajar alias berhenti bekerja. Dengan kondisi yang demikian, berarti Arif pun melanjutkan pekerjaanya di sekolah itu.

Selang setahun kemudian, suatu hari Arif melihat sekolah lain yang namanya sudah lama dia kenal namun dia baru kali ini melihat fisiknya. Timbul hasratnya untuk melamar di sekolah yang menjadi target utamanya saat dia masih kuliah. Dia pun melakukan strategi yang sama dengan saat dia ingin mendapatkan pekerjaan yang pertamanya yaitu "nekat".

Setelah mempersiapkan dokumen yang diperlukan serta memperbaiki Curriculum Vitae-nya, dia mendatangi sekolah tersebut. Dia menemui Satpam sekolah itu, dan kejadian yang sama berulang. Dia dipersilakan menemui Kepala Sekolah, lalu Arif menyatakan keinginannya untuk melamar di sekolah itu, dan kemudian ditawarkan menggantikan guru yang cuti melahirkan!

Namun dikarenakan kondisi yang berbeda dengan saat pertama dulu. Tawaran untuk menggantikan guru yang sedang melahirkan kali ini dia tolak, karena posisinya saat ini sedang bekerja di sekolah lain dan memiliki peluang untuk menjadi guru tetap karena sudah hampir setahun dia mengajar di sekolah tersebut.
Kali ini Arif harus mengikhlaskan untuk tidak bekerja di sekolah yang menjadi idamannya tersebut.

Namun taqdir bicara lain. Setelah Arif melupakan keinginannya mengajar di sekolah impiannya, tiba-tiba dia menerima telpon yang mengabarkan bahwa dia diundang mengikuti test di sekolah impiannya. Rupanya meskipun telah tiga bulan berlalu, surat lamaran dan data pribadi Arif tidak dibuang oleh sekolah tersebut sehingga dia diikutkan test.

Setelah mengikuti beberapa kali test, akhirnya Arif diterima di sekolah impiannya dan menjadi pengajar tetap di sekolah tersebut.

Itulah hasil dari "nekat".

--

Memiliki impian dan tekad untuk mengejar impian memang perlu dimiliki setiap orang, sehingga hidup seseorang menjadi bergairah dan bersemangat.

Namun dalam realita banyak orang yang sedang atau akan mengejar impiannya banyak yang kalah dengan hambatan yang dihadapi. Mereka mudah patah semangat saat menghadapi hambatan. Oleh sebab itu, banyak impian hanya sebatas impian, namun pencapaiannya jauh di luar impiannya.

Perbuatan nekat Arif menemui Satpam yang biasanya terkenal sok berkuasa terhadap pelamar, sok galak, dan sok angker, adalah hambatan yang besar, namun karena impian yang begitu besar, Arif sanggup melawannya dengan mengatakan langsung apa yang menjadi tujuannya mendatangi sekolah tersebut kepada Satpam. Ternyata, dengan mengungkapkan apa yang menjadi tujuannya itu sang satpam tidaklah seangker dugaan orang  bahkan memberi tahu siapa yang harus ditemui Arif.

Hambatan pertama yang bisa dilalui, ternyata mempermudah berjalannya tahapan-tahapan selanjutnya. Inilah keajaiban mengatasi hambatan yang paling ditakuti. Ternyata bila kita menatap tajam ke inti ketakutan kita sendiri, ketakutan itu akan hilang dengan sendirinya.

Sekarang tinggal kita sendiri. Apakah kita akan membiarkan rasa takut dalam diri kita lebih berkuasa dari pada tekad untuk meraih mimpi dan inilah yang disebut sebagai pecundang, atau sebaliknya, tekad meraih mimpi lebih berkuasa daripada rasa takut, dan inilah yang disebut pemenang. 

Semua tentu terserah kita masing-masing, memilih menjadi pecundang atau pemenang.

Related Post