DGp8us635PkDgBjtWYFyqgXW69I March 2012

Sunday, March 18, 2012

Memori SMA

Suatu sore saat baru saja bongkar-bongkar buku lama, tiba-tiba saya menemunkan sebuah foto saat saya masih di SMA dulu.

Foto itu adalah saat praktek pelajaran PKK. Kami diharus membuat menu sarapan secara beregu. Menu apa yang ditampilkan saat itu memang saya lupa, tapi dari menu minuman nampak jelas kami harus memasukan jus dalam menu minuman.

Melihat wajah teman-teman saat di SMA I Budi Utomo dulu sangat menyenangkan. Kami masih dengan gaya khas ABG dan kelakuan ABG. Beberapa teman memang tidak berubah banyak wajahnya sehingga tidak lupa bila bertemu dimana pun.

Memang lucu mellihat masa lalu.


Fadjar

Jangan Sampai Bus Transjakarta seperti metromini

Hari ini saya pergi menuju tempat aktifitas saya dengan menggunakan busway. Sengaja saya tidak memakai mobil untuk mengetahui kondisi sekitar.

Target pertama saya ialah menuju ke Sarinah. Disana saya akan bertemu dengan teman-teman dari Yayasan Epilepsi Indonesia untuk membahas pelaksanaan acara Purple Day yang akan diselenggarakan pada tanggal 26 Maret minggu depan.

Untuk menuju target pertama saya naik busway dari Cempaka Putih. Untuk naik bis yang pertama tidak diperlukan waktu yang lama, karena hanya lima menit setelah saya membeli tiket bis, lalu bis yang diharapkan datang. Saya pun segera naik. Bis yang saya naiki agak padat.

Saat berada di bis Transjakarta, saya menemukan sesuatu yang baru yaitu adanya pemisahan antara penumpang wanita dan pria. Para wanita ada di bagian depan bis sedangkan penumpang pria ada di bagian belakang bis. Ini adalah hal yang sangat bagus. Memang para wanita rawan mendapat pelecehan saat ada di kendaraan yang padat. Semoga dengan adanya pemisahan tersebut akan menjadikan bis Transjakarta sebagai bis yang sesuai syariat Islam dan terhindar dari bis sebagai tempat maksiat. Semoga dengan demikian bis Transjakarta menjadi bis yang diredloi Alloh, sehingga kecelakaan bisa berkurang.

Setelah beberapa saat di bis, tibalah saya ke tempat yang saya tuju, yaitu Sarinah. Di Sarinah saya berdiskusi dengan teman-teman untuk beberapa saat, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Saat bubar acara di Sarinah, saya ternyata harus membawa beberapa barang yang cukup besar dan berat padahal setelah ini saya masih harus mengisi pelajaran privat di Senopati. Jadilah saya memutar otak sebentar, dan saya temukan jawabannya yaitu titip barang-barang ini di tempat penitipan barang di sebuah Supermarket di Sarinah, nanti saat pulang akan saya ambil kembali. Setelah saya titipkan, saya kembali melanjutkan perjalanan, lumayan tidak perlu menenteng barang sehingga perjalanan menjadi enteng.

Perjalanan menuju ke Senopati sedikit melambat karena antriannya agak panjang. Setelah menunggu hampir 20 menit saya pun bisa naik ke bis berikutnya. Bis Transjakarta yang menuju Blok M ternyata memang lebih ramai sehingga meskipun tadi harus menunggu selama 20 menit namun tetap saja bis padat. Pada dua bis yang saya naiki, masih nampak penumpang disiplin dengan pemisahan area wanita dan pria. Saya cukup bangga dengan kondisi ini.

Dalam perjalanan pulang saya kembali naik bis Transjakarta sebanyak tiga kali, yaitu dari Senayan hingga Sarinah, lalu dari Sarinah hingga Monas, dan dari Monas menuju Cempaka Putih. Bis dari Senayan menuju Sarinah, meskipun padat tapi penumpang masih disiplin. Kemudian dari Sarinah hingga Monas nampak sedikit tidak disiplin, karena ada penumpang laki-laki yang meskipun sudah ditegur kondektur tapi tetap saja membandel menerobos area wanita. Memang seharusnya lebih tegas para kondektur dalam menghadapi penumpang nakal ini.

Dari Monas hingga Cempaka Putih lebih buruk lagi. Selain penumpang penuh, kondektur tidak tegas, sehingga peringatan untuk tidak menerobos area wanita tidak digubris penumpang nakal. Memang saya juga tidak melihat ada peringatan tertulis yang menyatakan adanya pembatasan area, mungkin ini yang membuat para kondektur tidak punya alasan kuat untuk melarang laki-laki masuk area wanita. Mobil yang saya naiki terakhir ini juga parah kondisi fasilitasnya. Selain saya tidak melihat adanya palu kecil yang digunakan bila ada keadaan darurat di bis Transjakarta, saya juga merasakan ACnya mati sehingga bis terasa panas dan membuat saya berkeringat. Hal-hal ini seharusnya bisa menjadi perhatian manajemen bis Transjakarta tersebut.

Pengalaman saya hari ini dengan Transjakarta sangat menarik. Ternyata beberapa tahun Transjakarta beroperasi, tidak banyak kemajuan yang membuat bis ini semakin nyaman. Saya masih ingat bagaimana rasanya naik Transjakarta di saat baru saja beroperasi di awal tahun 2000, sangat nyaman. Semoga pengelola bis ini semakin pandai dalam menjaga kualitas mutu. Jangan sampai Transjakarta yang menjadi tren setter angkutan Jakarta menjadi tidak berbeda dengan bis metromini.

Fadjar